Malam kian larut.. tak seharusnya mata ini masih terjaga.. sudah bertekad dari sore tadi, agar malam ini saya harus tidur lebih awal. Maklum saja, beberapa hari ini kondisi kesehatan agak sedikit menurun, butuh istirahat (tidur) dengan takaran yang tepat (tanpa obat tidur tentunya). Biasanya, cukup dengan membaca al-fatihah dan "teman-temannya", mata saya pun otomatis akan beristirahat tanpa dipaksa. Tidak dengan malam ini. Ingin mendengarkan sesuatu dari playlist handphone saya, seolah merindukan sesuatu yang sudah lama tidak saya lakukan, "Adagio in c minor, Bila waktu tlah berakhir - Opick" mark and nowplaying.
"ESQ Flying eagle plus instrumen Adagio in c minor" lebih tepatnya. Satu moment yang tidak akan pernah di- dan ter-lupakan. Masih sangat hapal rasanya (hapal atau hafal ya?) dengan keadaan yang begitu mendukung, setelah lelah menguras air mata, kehabisan kata-kata menyebutkan dosa, meraung kesakitan (sesungguhnya hati yang sakit dalam penyesalan tak berbatas), video itu pun dimunculkan dilayar yang begitu lebar..lengkap dengan instrumen yang menggelegar, sempurna.. Saya merasa benar-benar terbang saat itu.. Jiwa ini terasa benar-benar bebas.. (seperti seekor elang)..
Apa yang saat itu ada di kepala saya? Ya, saya merindukan tempat dimana sesungguhnya saya akan kembali.. terbang mendekat ke tempat itu.. tempat teeerrrrrrindah.. bahagia sekali.. sangat bahagia.. saya bahagia.. sangat bahagiaaaa sekali.. aku bahaaaagiiiiaaaa.. "laaaa iillaaa ha illaaallaaah...!!!" tanpa sadar aku berteriak sangat kencang. Tidak lagi aku perduli dengan mereka yang ada disekelilingku, aku sedang menikmati perasaan ku yang sangat bahagia waktu itu. Lega sekali.. indah.. sangat indah! :)
Baiklah.. inti dari semua ini adalah, tentang jiwa yang sudah rindu akan Pemiliknya. Cepat atau lambat, semua akan kembali pada Pemiliknya. Jiwa yang dekat pada Penciptanya, tentu jauh akan sangat bahagia dibandingkan jiwa yang "dijauhkan" dari Penciptanya. Mengerti maksud saya? Begini, setiap makhluk yang bernyawa (read:manusia) diciptakan lengkap dengan diturunkan beberapa dari sifat Allah. Seperti sifat penyayang yang sesungguhnya berasal dari sifat Allah Ar-Rahim Yang Maha Penyayang, jika manusia melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sifat penyayangnya itu (mencubit bayi karena rewel misalnya), tentu akan ada penyesalan setelahnya dan tentu saja Allah tidak menyukai itu. Sebaliknya, jika kita menciumi bayi yang sangat lucu dalam gendongan sendiri, tentu akan ada rasa bahagia yang mengalir, tidak tergambarkan, betapa kontras rasanya antara fitrah manusia dengan jiwa yang hidup di dalamnya.. Allah pun menyukai itu..
Begitu pula dengan : akan kembalinya jiwa ini pada Pemiliknya, cepat atau lambat.. Semoga Allah memberikan sebaik-baiknya jalan kembali pada kita semua.. Amin Ya Robbal'alamin..

No comments:
Post a Comment